Sekte-sekte Kristen dan Pertentangannya
Mazhab-mazhab agama Masehi ini mulai pecah belah. Dari zaman ke zaman, mazhab-mazhab itu telah terbagi-bagi ke dalam sekte-sekte dan golongan-golongan. Setiap golongan mempunyai pandangan dan dasar-dasar agama sendiri yang bertentangan dengan golongan lainnya. Pertentangan-pertentangan antara golongan-golongan satu sama lain karena perbedaan pandangan itu telah mengakibatkan adanya permusuhan pribadi yang terbawa oleh karena moral dan jiwa yang sudah lemah. Sehingga cepat sekali ia berada dalam ketakutan, mudah terlibat dalam fanatisme yang buta dan dalam kebekuan.
Pada masa-masa itu, di antara golongan-golongan Masehi itu ada yang mengingkari bahwa Isa mempunyai jasad di samping bayangan yang tampak pada manusia; ada pula yang mempertautkan secara rohaniah antara jasad dan ruhnya, sedemikian rupa sehingga memerlukan khayal dan pikiran yang begiru rumit untuk dapat mengambarkannya; dan di samping itu ada pula yang menyembah Mariam, sementara yang lain menolak pendapat bahwa ia tetap perawan sesudah melahirkan Almasih.
Terjadi pertentangan antara sesama pengikut-pengikut Isa itu adalah peristiwa yang biasa terjadi pada setiap umat dan zaman, apabila ia sedang mengalami kemunduran: soalnya hanya terbatas pada teori kata-kata dan bilangan saja, dan pada tiap kata dan tiap bilangan itu ditafsirkan pula dengan bermacam-macam arti, ditambah dengan rahasia-rahasia, ditambah dengan warna-warni khayal yang sukar diterima akal dan hanya dapat dikunyah oleh perdebatan-perdebatan sophisma yang kaku saja.
Salah seorang pendeta gereja berkata: “Seluruh penjuru kota itu diliputi oleh perdebatan. Orang dapat melihatnya dalam pasar-pasar, di tempat-tempat penjual pakaian, penukaran uang, pedagang makanan. Jika ada orang bermaksud hendak menukar sekeping emas, ia akan terlibat ke dalam suatu perdebatan tentang apa yang diciptakan dan yang bukan diciptakan.
Kalau ada orang hendak menawar harga roti maka akan dijawabnya: “Bapa lebih besar dari putra dan putra tunduk kepada Bapa.” Bila ada orang yang bertanya tentang kolam mandi adakah airnya hangat, maka pelayannya akan segera menjawab: “Putra telah diciptakan dari yang tak ada.”
Tetapi kemunduran yang telah menimpa agama Masehi sehingga ia terpecah-belah ke dalam golongan-golongan dan sekte-sekte itu dari segi politik tidak begitu besar pengaruhnya terhadap kerajaan Romawi. Kerajaan itu tetap kuat dan kokoh. Golongan-golongan itu pun tetap hidup di bawah naungannya dengan tetap adanya semacam pertentangan tapi tidak sampai melibatkan diri ke dalam polemik teologi atau sampai memasuki pertemuan-pertemuan semacam itu yang pernah diadakan guna memecahkan suatu masalah.
Suatu keputusan yang pernah diambil oleh satu golongan tidak sampai mengikat golongan yang lain. Dan kerajaan pun telah pula melindungi semua golongan itu dan memberi kebebasan kepada mereka mengadakan polemik, yang sebenarnya telah menambah kuatnya kekuasaan kerajaan dalam bidang administrasi tanpa mengurangi penghormatannya kepada agama. Setiap golongan jadinya bergantung kepada belas kasihan penguasa, bahkan ada dugaan golongan itu menggantungkan diri kepada adanya pengakuan pihak yang berkuasa itu.
Sikap saling menyesuaikan diri di bawah naungan Imperium itulah pula yang menyebabkan penyebaran agama Masehi tetap berjalan dan dapat diteruskan dari Mesir di bawah Romawi sampai ke Ethiopia yang merdeka tapi masih dalam lingkungan persahabatan dengan Romawi.
Dengan demikian ia masih memiliki kedudukan yang sama kuat di sepanjang Laut Merah seperti di sekitar Laut Tengah itu. Dari wilayah Syam ia menyeberang ke Palestina. Penduduk Palestina dan penduduk Arab Ghassan yang pindah ke sana telah pula menganut agama itu, sampai ke pantai Furat, penduduk Hira, Lakhmid, dan Mundhir yang berpindah dari pedalaman sahara yang tandus ke daerah-daerah subur juga demikian, yang selanjutnya mereka tinggal di daerah itu beberapa lama untuk kemudian hidup di bawah kekuasaaan Persia Majusi.
Sumber: Muhammad Husain Haekal. Hayat Muhammad. Terjemahan Ali Audah. Cetakan ke-14. 1992. Jakarta: Litera Antarnusa.