Nazhom Kelima: Ada 20 Sifat-Sifat Allah Yang Wajib Diimani dan Diyakini
وَبَعْدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوْبِ الْمَعْرِفَـهْ * مِنْ وَاجِـبٍ ِللهِ عِشْـرِيْنَ صِفَهْ
[5] Setelah [menyebutkan basmalah, hamdalah, sholawat, dan salam] maka ketahuilah dengan keyakinan mengatahui… bahwa Allah memiliki 20 sifat-sifat wajib bagi-Nya.
Maksudnya, setelah saya menyebutkan Basmalah, Hamdalah, Sholawat, dan Salam maka saya berkata kepadamu, “Ketahuilah!” maksudnya ketahuilah! dan yakinilah! Wahai setiap mukallaf! 20 sifat yang wajib bagi Allah secara rinci (tafsil) karena mengetahuinya adalah hal yang wajib bagi setiap mukallaf. Jauhilah mengambil sikap taklid (ikut-ikutan) karena apabila kamu bertaklid maka keimananmu masih diperselisihkan tentang keabsahan dan ketidakabsahannya.
a. I’rob Nazhom dan Hikmahnya
Perkataan Syaikh Ahmad Marzuki اعلم adalah berarti اعرف yang berarti ketahuilah!, seperti Firman Allah, لاتعلمونهم الله يعلمهم yang berarti لاتعرفنهم الله يعرفهم. Oleh karena itu Syaikh Ahmad Marzuki mengikutkan perkataannya اعلم dengan pernyataan بوجوب المعرفة. Dengan demikian kata اعلم hanya muta’adi pada satu maf’ul. Syaikh Fayumi berkata dalam kitab al-Misbah bahwa ketika kata علم berarti اليقين maka ia muta’adi pada dua maf’ul. Sedangkan ketika علم berarti عرف maka ia muta’adi pada satu maf’ul.
Adapun Syaikh Ahmad Marzuki mengibaratkan pernyataan dengan kata “Ketahuilah!” karena bertujuan mengingatkan para pendengar tentang ucapan yang seharusnya dihafal yang disampaikan kepadanya karena ucapan itu merupakan asal atau sumber dari seluruh kebaikan, dan karena bertujuan memberikan isyarat bahwa pekerjaan mencari ilmu adalah pekerjaan yang paling utama. Ia tidak mengibaratkan pernyataan dengan kata “Pahamilah!” karena perintah memahami akan melibatkan pembahasan sebelumnya sedangkan disini tidak ada pembahasan yang sebelumnya telah dijelaskan. Ia juga tidak mengibaratkan pernyataannya dengan kata “Temukanlah!” karena perintah menemukan akan melatarbelakangi menghasilkan ilmu secara lamban karena yang namanya menemukan akan dihasilkan setelah berfikir dalam. Ia juga tidak mengibaratkan pernyataannya dengan kata “Bacalah!” karena perintah membaca akan melatar belakangi perintah menghasilkan kata-katanya saja (sedangkan kandungan maknanya tidak). Ia juga tidak mengibaratkan pernyataannya dengan “Hafalkanlah!” karena yang namanya menghafal adalah menjaga sesuatu agar tidak hilang meskipun hanya kata-katanya saja. Ia juga tidak mengibaratkan pernyataannya dengan “Dengarkanlah!” karena perintah mendengarkan akan melatar belakangi perintah menghasilkan kata padahal disini tujuannya adalah menghasilkan kandungan arti-arti atas dasar kemantapan yang cepat.
Perkataan Syaikh Ahmad Marzuki بوجوب المعرفة adalah berhubungan dengan kata اعلم. Oleh karena itu, huruf baa berarti mulabasah atau menempati, maksudnya menempati kewajiban mengetahui.
Perkataannya من واجب adalah menjelaskan kata عشرين yang menjadi maf’ul bih dari kata اعلم.
Perkataannya صفة adalah tamyiz bagi maksud yang terkandung dalam kata عشرون. Ia dibaca i’rob nashob yang dipengaruhi oleh amil berupa kata عشرين, seperti yang dikatakan oleh Syaikh as-Syarbini.
b. Hukum Taqlid dalam Keimanan
Maksud nazhom di atas adalah bahwa wajib bagi setiap mukallaf menurut syariat (Islam, baligh, dan berakal) mengetahui 20 sifat secara rinci disertai keyakinan bahwa Allah memiliki sifat-sifat wajib dan kesempurnaan yang tidak ada batas.
Hakikat “mengetahui” adalah kemantapan yang sesuai dengan kenyataan atau kebenaran yang berlandaskan dari sebuah dalil (bukti). Adapun pengertian taklid atau “ikut-ikutan” adalah meyakini kandungan ucapan orang lain, perbuatannya, dan ketetapannya tanpa mengetahui dalil. Mengecualikan dengan pengertian taklid ini adalah mereka para murid yang dibimbing atau ditunjukkan oleh para syaikh (thoriqoh) pada dalil-dalil. Maka mereka disebut orang-orang yang mengetahui, bukan orang-orang yang taklid.